Breaking News
Loading...

Laut dan Tradisi Menyatu di Tanah Bumbu, Ribuan Warga Meriahkan Mappanre Ri Tasi’e di Pantai Pagatan


TANAH BUMBU,
kalimantanprime.com - Semangat kebudayaan dan rasa syukur masyarakat pesisir tergambar nyata dalam prosesi adat Mappanre Ri Tasi’e yang digelar di Pantai Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Ribuan warga tumpah ruah memadati kawasan pantai untuk menyaksikan tradisi tahunan yang menjadi warisan budaya masyarakat Bugis-Makassar ini.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Ade Ogi ini merupakan bentuk rasa syukur para nelayan atas hasil laut yang melimpah selama setahun terakhir, sekaligus doa untuk keselamatan dan keberkahan di tahun mendatang.

Tradisi ini diawali dengan iring-iringan kapal hias tradisional, yang berlayar menuju tengah laut. Di sana, tokoh adat dan masyarakat memanjatkan doa bersama sebagai simbol penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dari laut. Momen ini menjadi pusat perhatian dan daya tarik utama, tidak hanya bagi warga lokal tapi juga pengunjung dari berbagai daerah.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Tanah Bumbu, Eryanto Rais, yang hadir mewakili Bupati Tanah Bumbu Andi Rudi Latif, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya prosesi adat ini. Dalam sambutannya, ia menyebut bahwa pelestarian budaya adalah bagian penting dari identitas daerah.

"Melestarikan budaya berarti menjaga makna dan semangat kehidupan masyarakat. Pemerintah mendukung penuh kegiatan seperti ini sebagai bagian dari pembangunan karakter dan pariwisata lokal," ujarnya.

Eryanto juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, mulai dari panitia, tokoh adat, hingga masyarakat yang turut menyukseskan acara ini. Ia berharap Mappanre Ri Tasi’e mampu memperkuat rasa kebersamaan dan menjadi sumber inspirasi untuk generasi muda.

Ketua Lembaga Adat Ade Ogi, Fawahisah Mahabatan, menjelaskan bahwa inti dari prosesi ini adalah massorong olo, yaitu kegiatan menyerahkan sesaji ke laut sebagai wujud syukur atas hasil tangkapan laut.

"Tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun dari leluhur kami. Ini adalah bentuk pengakuan dan penghormatan terhadap alam dan Sang Pencipta," tutur Fawahisah.

Ia juga menyuarakan harapan agar Mappanre Ri Tasi’e kembali masuk dalam kalender event nasional, khususnya melalui program Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Kami ingin agar budaya ini dikenal lebih luas, tidak hanya sebagai pesta laut, tetapi juga sebagai warisan budaya yang memperkaya pariwisata Tanah Bumbu dan Kalimantan Selatan," tambahnya.

Sepanjang hari, warga terlihat sangat antusias mengikuti setiap rangkaian acara. Mulai dari parade budaya, penampilan seni tradisional, hingga kuliner khas pesisir turut meramaikan suasana. Kebersamaan dan semangat kolektif tampak kuat, menjadi bukti bahwa Mappanre Ri Tasi’e bukan sekadar seremonial, melainkan simbol kebangkitan dan kecintaan terhadap budaya lokal.

Dengan pelaksanaan yang meriah dan partisipasi masyarakat yang tinggi, Mappanre Ri Tasi’e tahun ini kembali membuktikan eksistensinya sebagai event budaya penting di Tanah Bumbu. Tradisi ini bukan hanya mempererat tali silaturahmi, tapi juga mengangkat potensi wisata daerah ke tingkat yang lebih tinggi. (Myu)

Lebih baru Lebih lama