
Disbunnak Kalsel paparkan program dan kegiatan prioritas tahun 2026-2029 di hadapan awak media. (Foto: MC Kalsel)
BANJARBARU, kalimantanprime.com - Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar sosialisasi program dan kegiatan prioritas tahun 2026–2029 bersama awak media sebagai bentuk transparansi sekaligus memperkuat kemitraan dalam publikasi pembangunan sektor peternakan dan perkebunan di Banua.
Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi, dalam paparannya menyampaikan bahwa Kalimantan Selatan saat ini berada pada posisi surplus untuk dua komoditas unggas strategis, yakni telur ayam ras dan daging ayam ras.
“Dua komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras ini Kalsel sudah surplus. Artinya produksinya sudah lebih dari kebutuhan,” ujarnya.
Menurut Suparmi, koordinasi rutin dilakukan bersama Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) setiap bulan untuk menjaga stabilitas produksi, distribusi, dan memastikan dukungan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Kami tiap bulan duduk bersama Pinsar untuk memastikan ketersediaan, keamanan pasokan, dan dukungan MBG. Informasi terakhir, baru sekitar 5 persen produksi Kalsel yang terserap untuk program MBG,” jelasnya.
Sebagai daerah surplus, Kalsel selama ini juga memasok kebutuhan telur dan daging ayam ras ke beberapa provinsi tetangga, seperti Kaltim, Kaltara, dan Kalteng. Meski demikian, ia menegaskan pemenuhan konsumsi masyarakat Kalsel tetap menjadi prioritas utama.
Secara nasional, Kalsel disebut sebagai salah satu daerah dengan kapasitas produksi unggas yang kuat. Pemerintah pusat saat ini tengah menyiapkan program percepatan hilirisasi peternakan ayam, dan Kalsel dinilai sebagai wilayah yang siap untuk pengembangan industri tersebut.
“Dari sisi produksi, Kalsel sudah diakui sebagai daerah surplus. Jika semua SPBG terbangun dan kebutuhan MBG meningkat, Kalsel siap menjadi lokasi pengembangan hilirisasi perunggasan,” katanya.
Sebagai tindak lanjut hilirisasi, Disbunnak Kalsel terus mematangkan interpretasi teknis serta mengusulkan pembangunan sejumlah infrastruktur pendukung, seperti Rumah Potong Unggas (RPU), cold storage, unit pengolahan daging, unit pengolahan telur, dan industri pengolahan kulit. Seluruh fasilitas ini diharapkan menjadi rantai industri terintegrasi yang memperkuat keberlanjutan sektor perunggasan.
“Unit pengolahan daging dan telur ini penting agar produksi peternak tidak menumpuk sampai harga jatuh. Kelak melalui BUMD, semua produk bisa ditampung, baik daging, telur, maupun olahannya,” terangnya.
BUMD direncanakan menjadi off taker utama untuk menyerap produksi peternak sehingga stabilitas harga dan daya saing industri perunggasan Kalsel tetap terjaga.
Kegiatan sosialisasi ditutup dengan diskusi bersama para jurnalis. Disbunnak Kalsel menegaskan komitmennya untuk terus membuka ruang kolaborasi dengan insan media sebagai mitra strategis dalam menyampaikan informasi pembangunan kepada masyarakat Banua. (MC Kalsel/Ril)