TAPIN. kalimantanprime.com — Desa Margasari Hulu di Kecamatan Candilaras Selatan, Kabupaten Tapin, dikenal sebagai sentra kerajinan anyaman jangang. Kerajinan tradisional ini menjadi mata pencaharian tambahan bagi para ibu rumah tangga selain bertani.
Saat ditemui kalimantanprime.com pada Sabtu (5/7/2025), Norhamidah, salah satu pengrajin anyaman, menuturkan bahwa pekerjaan ini sudah digelutinya sejak kecil.
“Ini kerjaan tambahan sembari mengisi waktu luang,” ungkapnya.
Namun di balik tradisi yang terjaga puluhan tahun, para pengrajin kini menghadapi kendala serius: bahan baku jangang yang semakin sulit didapat.
“Biasanya kami beli dari pengumpul, tapi sekarang susah sekali,” katanya.
Ali, pendamping Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Candilaras Selatan, membenarkan hal tersebut.
“Desa kami memang terkenal dengan kerajinan anyaman jangang, tapi bahan bakunya tidak ada di sini. Biasanya didatangkan dari Kalteng,” jelasnya.
Ali menambahkan, dulu tanaman jangang masih tumbuh liar di sekitar desa. Namun kini banyak lahan berubah menjadi kebun sawit sehingga tanaman jangang pun menghilang.
Meski kesulitan bahan baku, para pengrajin tetap berusaha melestarikan tradisi. Ramlah, pengrajin kopiah jangang, menuturkan adanya dukungan pelatihan dari pemerintah provinsi.
“Kemarin ada pelatihan dari Balai Pelatihan Dinas Sosial Provinsi. Selain pelatihan, kami juga dibantu bahan baku,” katanya.
Bahkan, saat ini para pengrajin sedang menyiapkan pesanan untuk Dinas Sosial yang akan digunakan dalam kegiatan expo.
“Tiap pengrajin diminta membuat lima kopiah, dan nanti akan dibeli oleh Dinas Sosial,” tambah Ramlah.
Dengan semangat mempertahankan warisan leluhur, para pengrajin di Margasari Hulu berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk memastikan pasokan bahan baku jangang tetap tersedia. Dukungan tersebut diharapkan mampu menjaga tradisi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.(San)